Showing posts with label Dunia Spritual. Show all posts
Showing posts with label Dunia Spritual. Show all posts

Kisah Syekh Barsisa

Kisah Syekh Barsisa

Kisah Syekh Barsisa

Kisah Barseso Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu menceritakan, ada seorang ahli zuhud bernama Barseso. Dia beribadah dalam kuil selama tujuh puluh tahun yang tidak pernah bermaksiat sedikitpun. Lalu iblis ingin menggoda dengan ilmu hilah (rekayasa), maka pada suatu saat dia mengumpulkan para pembesar setan dan berkata, “ Adakah di antara kalian yang mampu merusak
Barseso ?” Setan putih berkata kepada Iblis, “ Saya sanggup merusaknya. ” Lalu ia berangkat ke tempat Barseso dengan mengenakan pakaian ulama dan mengenakan sesuatu di atas kepalanya, lalu datang ke kuil Barseso dan memanggilnya. Tetapi dia tidak menjawabnya. Barseso tidak berhenti dari beribadah kecuali setiap sepuluh hari sekali. Tatkala setan putih tak mampu mengambil perhatian Barseso, maka dia berpura-pura shalat dan beribadah di dalam kuil itu. Maka setelah Barseso selesai dari shalat dan ibadahnya, dan ingin beranjak keluar, dia melihat setan putih itu tampil seperti ulama yang sedang shalat dan beribadah dengan bentuk yang sangat bagus. Lalu Berseso bertanya kepadanya, “ Kamu tadi memanggilku sementara aku sedang sibuk shalat, apa yang kamu perlukan ?” Dia menjawab, saya ingin bersamamu untuk belajar ilmu dan menirukan amalmu serta kita bersama beribadah sehingga aku bisa mendoakanmu dan kamu juga mendoakanku. ” Barseso berkata, “ Saya tidak bisa bersamamu, jika kamu seorang mukmin, maka kamu mendapatkan bagian dari doaku yang kutujukan bagi semua orang mukmin. ” Kemudian dia beranjak shalat dan meninggalkan setan itu. Maka setan itu pun beranjak shalat dan setelah itu Barseso tidak menoleh kepadanya selama empat puluh hari. Setelah Barseso selesai shalat, dia
melihat setan sedang berdiri shalat. Tatkala dia melihat kesungguhannya, maka dia berkata kepadanya, “ Apa yang kamu butuhkan ?” Setan menjawab, “ Saya ingin kamu memberi izin kepadaku untuk naik ke kuil bersamamu. ” Lalu dia memberi izin naik di kuil dan beribadah bersama Barseso beberapa waktu, tidak berbuka dan tidak berhenti dari ibadah kecuali setelah empat puluh hari bahkan terkadang sampai delapan puluh hari. Maka tatkala melihat kesungguhan dia dalam beribadah, Barseso merasa rendah hati berada di hadapannya dan kagum terhadap kehebatan ibadah setan putih itu. Dan setelah lama beribadah bersama Barseso, setan berkata kepadanya, “ Saya ingin pergi karena saya memiliki teman selain kamu. Saya mendapat berita kamu lebih baik daripadanya, ternyata saya mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya. ” Kemudian Barseso merasakan sesuatu yang besar dalam batinnya sehingga tidak mau berpisah dengannya karena dianggap lebih baik ibadahnya daripada dirinya. Ringkas cerita, pada saat berpisah, setan mengajari Barseso doa-doa untuk menyembuhkan orang sakit dan gila. Kemudian setan putih itu menggangu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara laki-laki. Dahulu bapak mereka adalah raja, setelah bapaknya meninggal, ia digantikan saudara laki-lakinya, yaitu paman gadis itu. Setan menyiksa dan mencekik gadis tersebut. Lalu setan datang kepada keluarga tersebut dan mengabarkan tentang Barseso yang mampu mengobatinya. Setan menyaratkan agar gadis itu ditinggal bersama Barseso dan mempercayakan kepadanya karena dia seorang ahli ibadah. Pada awalnya Barseso menolak gadis itu untuk dititipkan padanya. Namun akhirnya, saudara-saudaranya membuatkan kuil dekat kuil Barseso dan meninggalkan saudara gadisnya di sana. Setelah selesai shalat, Barseso melihat ada gadis cantik berada di dekatnya. Maka dia mulai jatuh hati dan tergoda. Lalu setan mengganggu gadis itu, lalu Barseso berdoa dengan doa yang diajarkan setan dahulu. Setan itupun keluar dan pergi dari gadis itu. Kemudian dia mulai shalat lagi, setan itu datang kembali dan menganggagu sang gadis. Maka tanpa sengaja tubuh gadis itu terbuka dan setan membisikkan Barseso, “ Gaulilah gadis itu dan setelah itu kamu bisa bertaubat. ” Dan setan pun berhasil, Barseso menggauli gadis tersebut sehingga gadis itu hamil dan terlihat mengandung. Kemudian setan berkata kepada Barseso, “ Celaka kamu Barseso, bila perbuatanmu itu terungkap. Maukah kamu membunuhnya dan setelah itu kamu bisa bertaubat. Dan apabila keluarganya menanyakan, maka katakan pada meraka bahwa gadis itu dibawa kabur oleh setan yang telah mengganggunya dan kamu tidak kuasa melawannya. ” Maka Barseso masuk ke tempat gadis itu dan membunuhnya, lalu dikuburkan di lerang gunung. Pada saat Barseso mengubur gadis itu, setan datang dan menarik ujung pakaian gadis itu sehingga tidak tertimbun tanah dan nampak. Kemudian Barseso kembali ke kuil dan beribadah, tiba-tiba ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan keadaannya, “ Wahai Barseso, apa yang telah kamu lakukan terhadap adik kami ?” Dia menjawab, “ Setan datang dan aku tidak mampu melawannya. ” Maka mereka percaya dan pulang. Pada saat malam hari dalam suasana duka, setan datang dalam mimpi saudara gadis itu yang paling besar dan memberitahukan kejadian yang menimpa adiknya. Namun, orang tersebut tidak mempercayai mimpi itu dan meyakininya berasal dari setan. Setelah tiga malam berturut-turut datang dalam mimpi saudara paling besar tadi, namun tidak dihiraukan maka setan mendatangi kakak yang kedua dan ketiga, memberitahukan seperti yang disampaikan kepada kakak yang pertama. Kemudian ketiganya saling menceritakan apa yang dilihat dalam mimpi mereka dan ternyata sama. Lalu setan mendatangi mereka dan memberitahukan tempat dikuburnya adik mereka dengan ujung pakaiannya yang masih kelihatan. Lalu mereka pergi ke tempat yang ditunjukkan setan dan mendapati apa yang diberitakan olehnya. Kemudian mereka pulang kepada keluarga dan familinya, lalu mendatangi kuil Barseso dengan membawa linggis dan kapak. Mereka menghancurkan kuil Barseso dan menangkapnya lalu dibawa di hadapan raja. Setan kembali membisiki Barseso, “ Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah perbuatan itu, ” sehingga akhirnya Barseso mengakui perbuatannya. Lalu sang raja menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan disalib di kayu. Dan sesungguhnya kebanyakan setan bisa masuk dan menggoda orang- orang yang sedikit ilmunya. Pada saat disalib, setan putih mendatanginya. Lalu setan menawarkan bantuan untuk menyelamatkannya dengan bersujud kepada setan. Barseso menyetujuinya dan bersujud kepadanya. Setelah itu setan pun meninggalkannya dan berujar, “ Wahai Barseso! Inilah yang saya kehendaki darimu. Akhirnya kamu mengikutiku dan kafir terhadap Tuhanmu. Sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatanmu dan aku takut terhadap Tuhan semesta alam. ” Allah Ta ’ ala berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17, ِﻞَﺜَﻤَﻛ ِﻥﺎَﻄْﻴَّﺸﻟﺍ ْﺫِﺇ َﻝﺎَﻗ ِﻥﺎَﺴْﻧِﺈْﻠِﻟ ْﺮُﻔْﻛﺍ ﺎَّﻤَﻠَﻓ َﺮَﻔَﻛ َﻝﺎَﻗ ﻲِّﻧِﺇ ٌﺀﻱِﺮَﺑ َﻚْﻨِﻣ ﻲِّﻧِﺇ ُﻑﺎَﺧَﺃ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﺏَﺭ َﻦﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟﺍ َﻥﺎَﻜَﻓ ﺎَﻤُﻬَﺘَﺒِﻗﺎَﻋ ﺎَﻤُﻬَّﻧَﺃ ﻲِﻓ ِﺭﺎَّﻨﻟﺍ ِﻦْﻳَﺪِﻟﺎَﺧ ﺎَﻬﻴِﻓ َﻚِﻟَﺫَﻭ ُﺀﺍَﺰَﺟ َﻦﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ “ Seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang dzalim. ” (Diringkas dari Mashaibul Insan min Makaid syaithan oleh Syaikh al-Maqdisi al-Hanafi, Imam Thabari menyebutkan kisah Barseso ini dalam tafsirnya QS. Al-Hasyr: 16-17 dari jalur Ibnu Mas ’ ud, Ibnu Katsir dalam al- Bidayah wa Nihayah Juz II)

Percakapan Nabi SAW Dengan Iblis Laknatullah

Percakapan Nabi SAW Dengan Iblis Laknatullah

Percakapan Nabi SAW Dengan Iblis Laknatullah

Suatu ketika Allah SWT memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis agar menghadap Baginda Rasul saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disuka maupun yang dibencinya. Hal ini dimaksudkan untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad saw dan juga sebagai peringatan dan perisai umat manusia.
Kemudian Malaikat itupun mendatangi Iblis dan berkata : “Hai Iblis! Engkau diperintah Allah untuk menghadap Rasulullah saw. Bukalah semua rahasiamu dan jawablah setiap pertanyaan Rasulullah dengan jujur. Jika engkau berdusta walau satu perkataanpun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu serta disiksa dengan azab yang amat pedih”.
Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan, maka segera ia menghadap Rasulullah saw dengan menyamar sebagai orang tua yang buta sebelah matanya dan berjanggut putih 10 helai yang panjangnya seperti ekor lembu.
Iblis pun memberi salam sampai 3 (tiga) kali salam, Rasulullah saw tidak juga menjawabnya, maka Iblis berkata : “Ya Rasullullah! Mengapa engkau tidak menjawab salamku? Bukankah salam itu sangat mulia di sisi Allah?” Maka jawab Nabi dengan marah : “Hai musuh Allah! Kepadaku engkau menunjukkan kebaikanmu? Jangan kau coba menipuku sebagaimana kau tipu Nabi Adam as sehingga beliau keluar dari syurga, kau hasut Qabil sehingga ia tega membunuh Habil yang masih saudaranya sendiri, ketika sedang sujud dalam sembahyang kau tiup Nabi Ayub as dengan asap beracun sehingga beliau sengsara untuk beberapa lama, kisah Nabi Daud as dengan perempuan Urya, Nabi Sulaiman meninggalkan kerajaannya karena engkau menyamar sebagai isterinya dan begitu juga beberapa Anbiya dan pendeta yang telah menanggung sengsara akibat hasutanmu.
Hai Iblis! Sebenarnya salam itu sangat mulia di sisi Allah azza wa jalla, tapi aku diharamkan Allah menjawab salammu. Aku mengenalmu dengan baik wahai Iblis, Raja segala Iblis. Apa tujuanmu menemuiku?”.
Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Janganlah engkau marah. Engkau dapat mengenaliku karena engkau adalah Khatamul Anbiya. Aku datang atas perintah Allah untuk memberitahu segala tipu dayaku terhadap umatmu dari zaman Nabi Adam as hingga akhir zaman nanti. Ya Nabi Allah! Setiap apa yang engkau tanya, aku bersedia menerangkan satu persatu dengan sebenarnya, aku tidak berani menyembunyikannya”.
Kemudian Iblispun bersumpah menyebut nama Allah dan berkata : “Ya Rasulullah! Sekiranya aku berdusta barang sepatahpun niscaya hancur leburlah badanku menjadi abu”.
Ketika mendengar sumpah Iblis itu, Nabipun tersenyum dan berkata dalam hatinya, inilah kesempatanku untuk menyiasati segala perbuatannya agar didengar seluruh sahabat yang ada di majlis ini dan menjadi perisai seluruh umatku.
Pertanyaan Nabi (1) :
“Hai Iblis! Siapakah musuh besarmu?”
Jawab Iblis : “Ya Nabi Allah! Engkaulah musuhku yang paling besar di antara musuh-musuhku di muka bumi ini”.
Kemudian Nabipun memandang muka Iblis dan Iblispun gemetar karena ketakutan. Sambung Iblis : “Ya Khatamul Anbiya! Aku dapat merubah diriku seperti manusia, binatang dan lain-lain hingga rupa dan suarapun tidak berbeda, kecuali dirimu saja yang tidak dapat aku tiru karena dicegah oleh Allah. Andaikan aku menyerupai dirimu, maka terbakarlah diriku menjadi abu.
Aku cabut iktikad / niat anak Adam supaya menjadi kafir karena engkau berusaha memberi nasihat dan pengajaran supaya mereka kuat untuk memeluk agama Islam, begitu juga aku berusaha menarik mereka kepada kekafiran, murtad atau munafik. Aku akan menarik seluruh umat Islam dari jalan yang benar menuju jalan yang sesat supaya masuk ke dalam neraka dan kekal di dalamnya bersamaku”.
Pertanyaan Nabi (2) :
“Hai Iblis! Apa yang kau perbuat terhadap makhluk Allah?”
Jawab Iblis : “Adalah satu kemajuan bagi perempuan yang merenggangkan kedua pahanya kepada lelaki yang bukan suaminya, setengahnya hingga mengeluarkan benih yang salah sifatnya. Aku goda semua manusia supaya meninggalkan sholat, berbuai dengan makanan dan minuman, berbuat durhaka, aku lalaikan dengan harta benda, emas, perak dan permata, rumahnya, tanahnya, ladangnya supaya hasilnya dibelanjakan ke jalan yang haram.
Demikian juga ketika pesta di mana lelaki dan perempuan bercampur. Di sana aku lepaskan godaan yang besar supaya mereka lupa peraturan dan akhirnya minum arak. Apabila terminum arak itu, maka hilanglah akal, fikiran dan malunya. Lalu aku ulurkan tali cinta dan terbukalah beberapa pintu maksiat yang besar, datang perasaan hasad dengki hingga perbuatan zina. Apabila terjadi kasih antara mereka, terpaksalah mereka mencari uang hingga menjadi penipu, peminjam dan pencuri.
Apabila mereka sadar akan kesalahan mereka lalu hendak bertaubat dan berbuat amal ibadah, akan aku rayu supaya mereka membatalkannya. Semakin keras aku goda supaya mereka berbuat maksiat dan mengambil isteri orang. Jika hatinya terkena godaanku, datanglah rasa ria’, takabur, iri, sombong dan melengahkan amalnya. Jika lidahnya yang tergoda, maka mereka akan gemar berdusta, mencela dan mengumpat. Demikianlah aku goda mereka setiap saat”.
Pertanyaan Nabi (3) :
“Hai Iblis! Mengapa engkau bersusah payah melakukan pekerjaan yang tidak mendatangkan faedah bahkan menambah laknat yang besar dan siksa yang besar di neraka yang paling bawah? Hai yang dikutuk Allah! Siapa yang menjadikanmu? Siapa yang melanjutkan usiamu? Siapa yang menerangkan matamu? Siapa yang memberi pendengaranmu? Siapa yang memberi kekuatan anggota badanmu?
Jawab Iblis : “Semuanya itu adalah anugerah dari Allah Yang Maha Besar. Tetapi hawa nafsu dan takabur membuatku menjadi jahat sebesar-besarnya. Engkau lebih tahu bahwa diriku telah beribu-ribu tahun menjadi Ketua seluruh Malaikat dan pangkatku telah dinaikkan dari satu langit ke langit yang lebih tinggi. Kemudian aku tinggal di dunia ini beribadah bersama para Malaikat beberapa waktu lamanya.
Tiba-tiba datang firman Allah SWT hendak menjadikan seorang Khalifah di dunia ini, maka akupun membantah. Lalu Allah menciptakan manusia yang pertama (Nabi Adam as) dan seluruh Malaikat diperintah supaya memberi hormat sujud kepada lelaki itu, hanya aku saja yang ingkar. Oleh karena itu, Allah murka kepadaku dan wajahku yang tampan rupawan dan bercahaya itu berubah menjadi keji dan menakutkan. Aku merasa sakit hati. Kemudian Allah menjadikan Adam raja di syurga dan dikaruniakan seorang permaisuri (Siti Hawa) yang memerintah seluruh bidadari. Aku bertambah dengki dan dendam kepada mereka.
Akhirnya aku berhasil menipu mereka melalui Siti Hawa yang menyuruh Adam memakan buah khuldi, lalu keduanya diusir dari syurga ke dunia. Keduanya berpisah beberapa tahun dan kemudian dipertemukan Allah (di Padang Arafah), hingga mereka mendapat beberapa orang anak. Kemudian kami hasut anak lelakinya Qabil supaya membunuh saudaranya Habil. Itupun aku masih belum puas dan berbagai tipu daya aku lakukan hingga hari kiamat kelak.
Sebelum engkau lahir ke dunia, aku beserta bala tentaraku dengan mudah dapat naik ke langit untuk mencuri segala rahasia, tulisan yang menyuruh manusia berbuat ibadah dan balasan pahala serta syurga mereka. Kemudian aku turun ke dunia dan memberitahu manusia yang lain tentang apa yang sebenarnya aku dapatkan dengan berbagai tipu daya hingga tersesat dengan berbagai kitab bid’ah dan kehancuran.
Tetapi ketika engkau lahir ke dunia ini, maka aku tidak diijinkan oleh Allah untuk naik ke langit dan mencuri rahasia karena banyak Malaikat yang menjaga di setiap lapisan pintu langit. Jika aku memaksa untuk naik, maka Malaikat akan melontarkan anak panah dari api yang menyala. Sudah banyak bala tentaraku yang terkena lontaran Malaikat itu dan semuanya terbakar menjadi abu, maka semakin beratlah pekerjaanku dan bala tentaraku untuk menjalankan tugas menghasut manusia”.
Pertanyaan Nabi (4) :
Rasullullah bertanya “Hai Iblis! Apa yang pertama kali kau tipu dari manusia?”
Jawab Iblis : “Pertama kali aku palingkan iktikad / niatnya, imannya kepada kafir dan juga dari segi perbuatan, perkataan, kelakuan atau hatinya. Jika tidak berhasil juga, akan aku tarik dengan cara mengurangi pahala. Lama-kelamaan mereka akan terjerumus mengikuti kemauanku”.
Pertanyaan Nabi (5) :
“Hai Iblis! Jika umatku sholat karena Allah, apa yang terjadi padamu?”
Jawab Iblis : “Sungguh penderitaan yang sangat besar. Gemetarlah badanku dan lemah tulang sendiku, maka aku kerahkan berpuluh-puluh iblis datang menggoda manusia pada setiap anggota badannya.
Beberapa iblis datang pada setiap anggota badannya supaya malas sholat, was-was, lupa bilangan raka’atnya, bimbang pada pekerjaan dunia yang ditinggalkannya, merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya, hilang khusyuknya, matanya senantiasa melirik ke kanan dan ke kiri, telinganya senantiasa mendengar percakapan orang dan bunyi-bunyi yang lain.
Beberapa iblis yang lain duduk di belakang badan orang yang sembahyang itu supaya tidak kuat sujud berlama-lama, penat waktu duduk tahiyat dan dalam hatinya selalu merasa terburu-buru supaya cepat selesai sholatnya, itu semua membuat berkurangnya pahala. Jika para iblis tidak dapat menggoda manusia itu, maka aku sendiri akan menghukum mereka dengan hukuman yang berat”.
Pertanyaan Nabi (6) :
“Jika umatku membaca Al-Qur’an karena Allah, apa yang terjadi padamu?”
Jawab Iblis : “Jika mereka membaca Al-Qur’an karena Allah, maka terbakarlah tubuhku, putuslah seluruh uratku lalu aku lari dan menjauh darinya”.
Pertanyaan Nabi (7) :
“Jika umatku mengerjakan haji karena Allah, bagaimana perasaanmu?”
Jawab Iblis : “Binasalah diriku, gugurlah daging dan tulangku karena mereka telah mencukupkan rukun Islamnya”.
Pertanyaan Nabi (8) :
“Jika umatku berpuasa karena Allah, bagaimana keadaanmu?”
Jawab Iblis : “Ya Rasulullah! Inilah bencana yang paling besar bahayanya buatku. Apabila masuk awal bulan Ramadhan, maka memancarlah cahaya Arasy dan Kursi, bahkan seluruh Malaikat menyambut dengan suka cita. Bagi orang yang berpuasa, Allah akan mengampunkan segala dosa yang lalu dan digantikan dengan pahala yang amat besar serta tidak dicatat dosanya selama dia berpuasa. Yang menghancurkan hatiku ialah segala isi langit dan bumi, yakni Malaikat, bulan, bintang, burung dan ikan-ikan semuanya siang malam memohonkan ampunan bagi orang yang berpuasa. Satu lagi kemudian orang berpuasa ialah dimerdekakan pada setiap masa dari azab neraka. Bahkan semua pintu neraka ditutup manakala semua pintu syurga dibuka seluas-luasnya dan dihembuskan angin dari bawah Arasy yang bernama Angin Syirah yang amat lembut ke dalam syurga. Pada hari umatmu mulai berpuasa, dengan perintah Allah datanglah sekalian Malaikat dengan garangnya menangkapku dan tentaraku, jin, syaitan dan ifrit lalu dipasung kaki dan tangan dengan besi panas dan dirantai serta dimasukkan ke bawah bumi yang amat dalam. Di sana pula beberapa azab yang lain telah menunggu kami. Setelah habis umatmu berpuasa, barulah aku dilepaskan dengan perintah agar tidak mengganggu umatmu. Umatmu sendiri telah merasa ketenangan berpuasa sebagaimana mereka bekerja dan bersahur seorang diri di tengah malam tanpa rasa takut dibandingkan bulan biasanya”.
Pertanyaan Nabi (9) :
“Hai Iblis! Bagaimana seluruh sahabatku menurutmu?”
Jawab Iblis : “Seluruh sahabatmu termasuk musuh besarku. Tiada upayaku melawannya dan tiada satupun tipu daya yang dapat masuk kepada mereka. Karena engkau sendiri telah berkata : “Seluruh sahabatku adalah seperti bintang di langit, jika kamu mengikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk”.
Sayyidina Abu Bakar al-Siddiq sebelum bersamamu, aku tidak dapat mendekatinya, apalagi setelah berdampingan denganmu. Dia begitu percaya atas kebenaranmu hingga dia menjadi wazirul a’zam. Bahkan engkau sendiri telah mengatakan jika ditimbang seluruh isi dunia ini dengan amal kebajikan Abu Bakar, maka akan lebih berat amal kebajikan Abu Bakar. Lagipula dia telah menjadi mertuamu karena engkau menikah dengan anaknya, Sayyidatina Aisyah yang juga banyak menghafal Hadits-haditsmu.
Adapun Sayyidina Umar bin Khatab, aku tidak berani memandang wajahnya karena dia sangat keras menjalankan hukum syariat Islam dengan seksama. Jika aku pandang wajahnya, maka gemetarlah seluruh tulang sendiku karena sangat takut. Hal ini karena imannya sangat kuat apalagi engkau telah mengatakan : “Jikalau ada Nabi sesudah aku, maka Umar boleh menggantikan aku”, karena dia adalah orang harapanmu serta pandai membedakan antara kafir dan Islam hingga digelar ‘Al-Faruq’.
Sayyidina Usman bin Affan, aku tidak bisa bertemu karena lidahnya senantiasa membaca Al-Qur’an. Dia penghulu orang sabar, penghulu orang mati syahid dan menjadi menantumu sebanyak 2 (dua) kali. Karena taatnya, banyak Malaikat datang menghampiri dan memberi hormat kepadanya karena Malaikat itu sangat malu kepadanya hingga engkau mengatakan : “Barangsiapa menulis Bismillaahirrahmaanirrahiim pada kitab atau kertas-kertas dengan tinta merah, niscaya mendapat pahala seperti pahala Usman mati syahid”.
Sayyidina Ali bin Abi Thalibpun aku sangat takut karena hebatnya dan gagahnya dia di medan perang, tetapi sangat sopan santun, alim orangnya. Jika iblis, syaitan dan jin memandang beliau, maka terbakarlah kedua mata mereka karena dia sangat kuat beribadah dan beliau adalah golongan orang pertama yang memeluk agama Islam serta tidak pernak menundukkan kepalanya kepada berhala. Bergelar ‘Ali Karamullahu Wajhahu” dimuliakan Allah akan wajahnya dan juga ‘Harimau Allah’ dan engkau sendiri berkata : “Akulah negeri segala ilmu dan Ali itu pintunya”. Lagipula dia menjadi menantumu, aku semakin ngeri kepadanya”.
Pertanyaan Nabi (10) :
“Bagaimana tipu dayamu kepada umatku?”
Jawab Iblis : “Umatmu itu ada 3 (tiga) macam. Yang pertama, seperti hujan dari langit yang menghidupkan segala tumbuhan yaitu ulama yang memberi nasihat kepada manusia supaya mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya seperti kata Jibril as : “Ulama itu adalah pelita dunia dan pelita akhirat”. Yang kedua, umat tuan seperti tanah yaitu orang yang sabar, syukur dan ridha dengan karunia Allah. Berbuat amal saleh, tawakal dan kebajikan. Yang ketiga, umatmu seperti Fir’aun, terlampau tamak dengan harta dunia dan dihilangkan amal akhirat, maka akupun bersuka cita lalu masuk ke dalam badannya, aku putarkan hatinya ke lautan durhaka dan aku ajak kemana saja mengikuti kemauanku. Jadi dia selalu bimbang kepada dunia dan tidak mau menuntut ilmu, tidak pernah beramal saleh, tidak mau mengeluarkan zakat dan malas beribadah.
Lalu aku goda agar manusia minta kekayaan lebih dulu dan apabila diizinkan Allah dia menjadi kaya, maka aku rayu supaya lupa beramal, tidak membayar zakat seperti Qarun yang tenggelam dengan istana mahligainya. Bila umatmu terkena penyakit tidak sabar dan tamak, dia selalu bimbang akan hartanya dan berangan-angan hendak merebut kemewahan dunia, benci dan menghina kepada yang miskin, membelanjakan hartanya untuk kemaksiatan”.
Pertanyaan Nabi (11) :
“Siapa yang serupa denganmu?”
Jawab Iblis : “Orang yang meringankan syariatmu dan membenci orang yang belajar agama Islam”.
Pertanyaan Nabi (12) :
“Siapa yang membuat mukamu bercahaya?”
Jawab Iblis : “Orang yang berdosa, bersumpah bohong, saksi palsu dan suka ingkar janji”.
Pertanyaan Nabi (13) :
“Apa yang kau rahasiakan dari umatku?”
Jawab Iblis : “Jika seorang Muslim buang air besar dan tidak membaca do’a terlebih dahulu, maka aku gosok-gosokkan najisnya sendiri ke badannya tanpa dia sadari”.
Pertanyaan Nabi (14) :
“Jika umatku bersatu dengan isterinya, apa yang kau lakukan?”
Jawab Iblis : “Jika umatmu hendak bersetubuh dengan isterinya dan membaca do’a pelindung syaitan, maka aku lari dari mereka. Jika tidak, aku akan bersetubuh dahulu dengan isterinya dan bercampurlah benihku dengan benih isterinya. Jika menjadi anak, maka anak itu akan gemar berbuat maksiat, malas pada kebaikan, durhaka. Ini semua karena kealpaan ibu bapaknya sendiri. Begitu juga jika mereka makan tanpa membaca Bismillah, aku santap makanannya lebih dulu daripadanya. Walaupun mereka makan, tidaklah mereka merasa kenyang”.
Pertanyaan Nabi (15) :
“Apa yang dapat menolak tipu dayamu?”
Jawab Iblis : “Jika berbuat dosa, maka cepat-cepatlah bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah, segeralah mengambil air wudhu’, maka padamlah marahnya”.
Pertanyaan Nabi (16) :
“Siapakah orang yang paling engkau sukai?”
Jawab Iblis : “Lelaki dan perempuan yang tidak mencukur atau mencabut bulu ketiak atau bulu ari-ari (bulu kemaluan) selama 40 hari. Di situlah aku mengecilkan diri, bersarang, bergantung, berbuai seperti pijat pada bulu itu”.
Pertanyaan Nabi (17) :
“Hai Iblis! Siapakah saudaramu?”
Jawab Iblis : “Orang yang tidur meniarap / telungkup, orang yang matanya terbuka di waktu Subuh tetapi menyambung tidur lagi. Lalu aku lenakan dia hingga terbit fajar. Demikian juga pada waktu Dzuhur, Asar, Maghrib dan Isya’, aku beratkan hatinya untuk sholat”.
Pertanyaan Nabi (18) :
“Apa yang dapat membinasakan dirimu?”
Jawab Iblis : “Orang yang banyak menyebut nama Allah, bersedekah dengan tidak diketahui orang, banyak bertaubat, banyak tadarus Al-Qur’an dan sholat tengah malam”.
Pertanyaan Nabi (19) :
“Hai Iblis! ?” Apa yang dapat memecahkan matamu?”
Jawab Iblis : “Orang yang duduk di dalam masjid dan beri’tikaf di dalamnya”.
Pertanyaan Nabi (20) :
“Apa lagi yang dapat memecahkan matamu?”
Jawab Iblis : “Orang yang taat kepada kedua ibu bapaknya, mendengar kata mereka, membantu makan, pakaian mereka selama mereka hidup, karena engkau telah bersabda : Syurga itu di bawah tapak kaki ibu”.
(Dikutip dari : KH. Abdullah Gymnastiar, Muhasabah Kiat Sukses Introspeksi Diri, Penerbit Difa Press, September 2006)
RUKUN MELAKSANAKAN SHALAT

RUKUN MELAKSANAKAN SHALAT

RUKUN SHALAT :

  • Niat
  • Berdiri bagi yang mampu
  • Takbiratul Ikhram
  • Membaca Al-Fatihah
  • Ruku'
  • I'tidal
  • Sujud
  • Duduk diantara 2 sujud
  • Duduk Tasyahud akhir
  • Membaca tasyahud akhir
  • Membaca Shalawat Nabi
  • Salam
  • Tertib


ADAPUN ke 13 RUKUN SHALAT ITU DIBAGI LAGI MENJADI 3 YAITU :

  • RUKUN QALBI (HATI)
  • QAULI (UCAPAN ATAU BACAAN)
  • FIKLI (PERBUATAN)


RUKUN QALBI : rukun shalat yang dikerjakan oleh hati, meliputi

  • Niat
  • Tertib


RUKUN QAULI : rukun shalat yang dilakukan dengan mengucapkan bacaan, meliputi

  • Takbiratul ikhram (membaca Allahu Akbar)
  • Membaca surat Al-Fatihah
  • Membaca Tasyahud akhir
  • Membaca Shalawat Nabi, dan
  • Salam


RUKUN FIKLI : rukun shalat yang dilakukan dengan perbuatan, meliputi

  • Berdiri bagi yang mampu
  • Ruku'
  • I'tidal
  • Sujud
  • Duduk diantara dua sujud
  • Duduk Tasyahud akhir
RANGKAIAN BIMBINGAN PERNIKAHAN

RANGKAIAN BIMBINGAN PERNIKAHAN

RUKUN ISLAM :

  • Mengucap dua kalimah syahadah.
  • Mendirikan solat.
  • Berpuasa di bulan Ramadhan.
  • Menunaikan zakat.
  • Menunaikan haji di Mekah bagi yang mampu.


RUKUN IMAN :

  • Beriman kepada ALLAH SWT
  • Beriman kepada Malaikat-malaikat
  • Beriman kepada Kitab-kitab
  • Beriman kepada Rasul-rasul
  • Beriman kepada Hari Kiamat
  • Beriman kepada Qada dan Qadar


RUKUN NIKAH :

  • Ada calon mempelai pengantin pria dan wanita
  • Ada wali pengantin perempuan
  • Ada dua orang saksi pria dewasa
  • Ada ijab qabul
  • Ada mahar


SYARAT SAH NIKAH :
1. Mempelai Laki-Laki / Pria

  • Agama Islam
  • Tidak dalam paksaan
  • Pria / laki-laki normal
  • Tidak punya empat atau lebih istri
  • Tidak dalam ibadah ihram haji atau umroh
  • Bukan mahram calon istri
  • Yakin bahwa calon istri halal untuk dinikahi
  • Cakap hukum dan layak berumah tangga
  • Tidak ada halangan perkawinan


2. Mempelai Perempuan / Wanita

  • Beragama Islam
  • Wanita / perempuan normal (bukan bencong/lesbian)
  • Bukan mahram calon suami
  • Mengizinkan wali untuk menikahkannya
  • Tidak dalam masa iddah
  • Tidak sedang bersuami
  • Belum pernah li’an
  • Tidak dalam ibadah ihram haji atau umrah


3. Syarat Wali Mempelai Perempuan

  • Pria beragama islam
  • Tidak ada halangan atas perwaliannya
  • Punya hak atas perwaliannya


4. Syarat Bebas Halangan Perkawinan Bagi Kedua Mempelai

  • Tidak ada hubungan darah terdekat (nasab)
  • Tidak ada hubungan persusuan (radla’ah)
  • Tidak ada hubungan persemendaan (mushaharah)
  • Tidak Li’an
  • Si pria punya istri kurang dari 4 orang dan dapat izin istrinya
  • Tidak dalam ihram haji atau umrah
  • Tidak berbeda agama
  • Tidak talak ba’in kubra
  • Tidak permaduan
  • Si wanita tidak dalam masa iddah
  • Si wanita tidak punya suami


5. Syarat-Syarat Syah Bagi Saksi Pernikahan/Perkawinan

  • Pria / Laki-Laki
  • Berjumlah dua orang
  • Sudah dewasa / baligh
  • Mengerti maksud dari akad nikah
  • Hadir langsung pada acara akad nikah


6. Syarat-Syarat/Persyaratan Akad Nikah Yang Syah :

  • Ada ijab (penyerahan wali)
  • Ada qabul (penerimaan calon suami)
  • Ijab memakai kata nikah atau sinonim yang setara.
  • Ijab dan kabul jelas, saling berkaitan, satu majelis, tidak dalam ihrom haji/umroh.


PANTANGAN/LARANGAN Dalam Pernikahan/Perkawinan

  • Ada hubungan mahram antara calon mempelai pria dan wanita
  • Rukun nikah tidak terpenuhi
  • Ada yang murtad keluar dari agama islam






20 Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah.

20 Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah.

Sifat Wajib
Maksud
Sifat
 Wujud
Ada
Nafsiah
Qidam
Terdahulu
Salbiah
Baqa
Kekal
Salbiah
Mukhalafatuhu lilhawadis
Berbeda dengan makhluk-Nya
Salbiah
Qiyamuhu binafsih
Berdiri sendiri
Salbiah
Wahdaniyat
Esa (satu)
Salbiah
Qudrat
Kuasa
Ma'ani
Iradat
Berkehendak (berkemauan)
Ma'ani
Ilmu
Mengetahui
Ma'ani
Hayat
Hidup
Ma'ani
Sam'un
Mendengar
Ma'ani
Basar
Melihat
Ma'ani
Kalam
Berbicara
Ma'ani
Kaunuhu qaadiran
Keadaan-Nya yang berkuasa
Ma'nawiyah
Kaunuhu muriidan
Keadaan-Nya yang berkehendak menentukan
Ma'nawiyah
Kaunuhu 'aliman
Keadaan-Nya yang mengetahui
Ma'nawiyah
Kaunuhu hayyan
Keadaan-Nya yang hidup
Ma'nawiyah
Kaunuhu sami'an
Keadaan-Nya yang mendengar
Ma'nawiyah
Kaunuhu bashiiran
Keadaan-Nya yang melihat
Ma'nawiyah
Kaunuhu mutakalliman
Keadaan-Nya yang berbicara
Ma'nawiyah


Sifat Mustahil
Maksud
Adam
Tiada
Huduts
Baru
Fana
Berubah-ubah (akan binasa)
Mumathalatuhu lilhawadith
Menyerupai sesuatu
Qiamuhu bighairih
Berdiri-Nya dengan yang lain
Ta'addud
Lebih dari satu (berbilang)
Ajzun
Lemah
Karahah
Tidak berkemauan (terpaksa)
Jahlun
Bodoh
Al-Maut
Mati
Sami
Tuli
Al-Umyu
Buta
Al-Bukmu
Bisu
Kaunuhu ajizan
Keadaan-Nya yang lemah
Kaunuhu mukrahan
Keadaan-Nya yang tidak menentukan (terpaksa)
Kaunuhu jahilan
Keadaan-Nya yang bodoh
Kaunuhu mayitan
Keadaan-Nya yang mati
Kaunuhu ashamma
Keadaan-Nya yang tuli
Kaunuhu a'maa
Keadaan-Nya yang buta
Kaunuhu abkam
Keadaan-Nya yang bisu

Dibalik Penciptaan Gunung

Dibalik Penciptaan Gunung

Dibalik Penciptaan Gunung   

Gunung terbentuk sebagai akibat dari pergerakan dan benturan lempeng padat yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempeng bumi bertemu, maka lempeng bumi yang lebih kuat akan menyelusup di bawah bagian lempeng bumi yang lebih lemah. Lempeng bumi yang di atas kemudian membentuk gunung dan pegunungan. Sementara lempeng yang di bawah terus menghunjam masuk ke dalam, oleh karena itulah gunung memiliki bagian bawah yang lebih panjang dari bagian atasnya. Frank dalam bukunya “Bumi” mengibaratkan gunung dengan paku yang ujungnya tertanam atau tertancap di kedalaman bumi. 

Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun geologi yaitu berkisar antara 45 – 450 juta tahun yang lalu. Misalnya pegunungan Himalaya terbentuk mulai dari 45 juta tahun yang lalu, sedangkan pegunungan Appalache terbentuk mulai dari 450 jutan tahun yang lalu.

Al-Quran menyebutkan gunung sebanyak 29 kali dan menjelaskan bahwa gunung itu seperti pancang bagi bumi agar tidak mengalami goncangan. Allah berfirman: “Dan Dia menancapkan (pancang/pasak) di bumi supaya tidak goncang bersama kamu …”. (QS. An-Nahl 16:15) 

Pada tahun 1912 teori mengenai pergeseran lempeng benua telah di kemukakan oleh Alfret Weneger. Ketika lempeng ini bergerak terjadi gesekan keras yang kemudian menyebabkan gempa, maka bila tidak ada peredam dari pengaruh pergerakan lempeng ini gempa bumi akan terjadi. Salah satu benda alam yang dapat berfungsi sebagai peredam di atas adalah gunung. Pengaruh gunung sebagai peredam dari efek gerak lempeng bumi ini dikenal dengan sebutan isostasi. Informasi ilmiah diatas sesuai dengan apa Al-Quran ini. Allah berfirman:

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُون

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Anbiya 31).

Kalau kita mencari arti kata رسا dalam kamus bahasa arab, maka kita akan temukan bahwa rasaa berarti ثبت (tetap/kokoh/tidak goyah), dan ini sesuai dengan salah satu fungsi gunung, yaitu mengokohkan lempeng bumi agar tidak goncang. 

Para ilmuwan sepakat bahwa gunung tidak diam seperti yang kita anggap, melainkan bergerak, dan ini telah diisyaratkan oleh Al-Quran dalam sebuah ayat. Allah berfirman:

 وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ * صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ * إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ

"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Kebanyakan para ahli tafsir memahami bahwa ayat ini berbicara tentang bergeraknya gunung pada hari kiamat, namun pada masa ini syaikh Sya’rawi memahami dengan pemahaman yang berbeda, beliau berkata “… kamu sangka dia tetap pada tempatnya. Pada hari kiamat tak ada prasangka, semua yang kita lihat saat itu adalah kebenaran (kejadian yang yakin), oleh karena itu ayat ini berbicara tentang gerak gunung saat ini”. Syaikh Sya’rawi melanjutkan dalam kitab tafsirnya “Jika kita pergi ke angkasa, akan terlihat bumi berputar dan gunung-gunung ikut berputar juga, dan ini isyarat bahwa bumi berotasi”. Kenyatannya ayat ini tidak berbicara tentang gerak bumi secara keseluruhan, sebab, jika demikian bukan hanya gunung yang bergerak, tapi juga semua benda yang ada di bumi ikut bergerak, manusia, pohon laut dan sebagainya.

Petunjuk Kehidupan Manusia

Petunjuk Kehidupan Manusia

Petunjuk Kehidupan Manusia 

Sempurnanya kemanusian manusia di muka bumi ini adalah ketika ada petunjuk yang membimbingnya ke jalan yang benar, karena tanpa petunjuk, manusia menjadi lebih sesat dari binatang. Al-Quran adalah petunjuk yang memberitahukan kemana seharusnya "langkah manusia" diarahkan. Inilah hikmah kenapa Allah menyebutkan Al-Quran lebih dahulu daripada penciptaan Insan di dalam Surat Ar-Rahman.

Manusia mungkin saja menemukan kebenaran dengan akalnya, namun akal bukan petunjuk aman yang selalu benar menunjukan jalan. Akal manusia bisa salah, sedangkan Al-Quran tidak akan pernah salah. Karena itu tidak ada alasan sedikit pun bagi seorang muslim untuk sekedar berfikir bahwa akal adalah segalanya, apa yang tidak dijangkau akal adalah tidak ada.

Selama ini kita sudah terjebak oleh kata-kata "Terjangkau akal". Darwin menafikan "Pencipta" dan memilih mereka-reka teori yang terbukti bualan belaka, sebabnya karena Tuhan tak terjangkau oleh akal. Apa benar Tuhan tak mampu terjangkau akal atau akal "yang berusaha menjangkaunya" tak mampu? Darwin bukan satu-satunya ilmuwan di muka bumi ini, jika Darwin mengatakan bahwa pencipta tidak ada, mengapa ilmuwan lain mengatakan bahwa pencipta ada? Lantas apa yang membedakan Darwin dan ilmuwan lain yang mengakui adanya Pencipta? Akal! itulah yang membedakan dirinya dan ilmuwan lainnya.

Karena manusia punya akal, dan karena akal manusia itu berbeda-beda, maka terjadilah perbedaan, yang satu menyatakan "ini benar", yang lain menyatakan "ini salah". Akhirnya yang terjadi adalah membuat jalan tengah dengan mengatakan "Kebenaran itu relatif", yang mengatakan bahwa "Pencipta tidak ada" sah, yang mengatakan sebaliknya pun sah karena "Kebenaran itu relatif". Mereka yang belum "dewasa pemikirannya" mungkin menerima, tapi sesaat setelah pemikiran mereka dewasa, akal mereka sendiri yang akan menolaknya, Insya Allah.

Sebagaimana akal bisa benar dalam menentukan mana yang salah, akal juga bisa salah dalam menentukan mana yang benar. Begitulah selamanya sifat akal! selalu relatif dan karenanya tidak aneh jika ada yang mengatakan "Kebenaran itu relatif", karena akal manusia relatif (berbeda-beda). Jadi, layak kah akal dijadikan standar kebenaran? Apa yang menurut akal benar adalah benar, dan apa yang menurut akal salah adalah salah? Biarkan fakta sejarah yang menjawab.

Sesungguhnya sejarah telah mencatat, bagaimana nasib sebuah peradaban yang salah dalam menentukan mana yang benar. Tahun 487 M di Iran, muncul sebuah ajaran yang bernama Mazdak. Ajaran ini mempropagandakan bahwa semua manusia dilahirkan sama tanpa perbedaan apapun juga. Oleh karena itu, manusia harus hidup secara sama dan tidak boleh ada perbedaan. Mengingat bahwa kekayaan dan wanita membuat manusia mengutamakan diri sendiri dan menjadi sumber perbedaan sosial, menurut Mazdak dua hal itu merupakan persoalan terpenting yang harus dipersamakan dan dikolektifkan.

Seruan tersebut mendapat sambutan dan persetujuan dari kalangan pemuda, kaum hartawan dan golongan-golongan yang hidup berfoya-foya, karena sesuai dengan selera dan hawa nafsu mereka. Ajaran Mazdak ini beruntung juga karena mendapat perlindungan dari istana (pemerintah). Raja Persia ketika itu ikut andil dalam mendukung aktif, dan menyebarluaskannya.

Mengenai hal ini At-Thabari mengatakan:
"Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh rakyat lapisan bawah untuk berhimpun di sekitar Mazdak dan kawan-kawannya. Mereka menjadi bertambah kuat dan membahayakan orang banyak, karena mereka berani masuk menyerbu ke dalam rumah orang lain dan bertindak sewenang-wenang, merampas apa yang ada di dalam rumah dan menggagahi wanita-wanita yang dijumpainya, dalam keadaan penghuni rumah tidak berdaya menghadapi mereka. Mereka terus mendorong Qubads (raja Persia) supaya mendorong dan membagus-baguskan tindakan mereka, dan mengancam akan menurunkannya dari tahta kerajaan bila ia tak mau memenuhi tuntutan mereka. Dalam waktu singkat di Iran banyak orang yang tak mengenal anaknya dan anak tidak mengenal siapa ayahnya, dan banyak pula orang-orang yang tidak bisa memiliki sesuatu untuk dapat hidup berkecukupan."

Lebih jauh Thabari mengatakan: "sebelum itu, Qubads sebenarnya termasuk raja Persia yang terbaik, tapi setelah melibatkan diri dalam kerjasama dengan Mazdak, kekacauan merajalela dan ketentraman menjadi rusak."

Maha benar Alloh dengan segala Firman-Nya:
"Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan/hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu." (Qs. Al-Muminun:71)

Demikianlah sejarah telah berbicara tentang akal ketika ia dijadikan "Segalanya", apa yang menurutnya benar adalah benar, dan yang menurutnya salah adalah salah.

Bagaimanakah seharusnya seorang muslim berfikir? bagaimanakah seharusnya seorang muslim mencari kebenaran? dalam konteks ini, sejatinya cara berfikir seorang muslim adalah tidak berhenti begitu saja pada kesimpulan akalnya, kenapa? karena Allah telah menciptakan perangkat untuk mencari "Kebenaran". Manusia terlahir include dengan perangkat ini, sepatutnya kita bersyukur atas apa yang telah Allah ciptakan dalam diri kita, dan salah satu bentuk syukur kita kepadaNya atas nikmat perangkat yang Allah berikan ini adalah dengan memergunakan dan memfungsikannya sebaik mungkin.

Perangkat-perangkat tersebut adalah akal, hati dan wahyu. Perangkat akal terbatas fungsinya, karena itu Allah memberikan hati. Rasulullah saw menjelaskan dalam sabanya:

Nawwas bin Sam'an r.a. berkata; Nabi saw bersabda:
"Kebajikan adalah akhlak terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwamu serta engkau tidak suka apabila masalah itu diketahui orang lain." (HR Bukhori)

Dalam hadits lain yang disampaikan oleh Wabishoh bin Ma'bad r.a., ia berkata, Aku mendatangi Rosululloh saw, beliau bertanya; "Engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan? Aku menjawab 'Ya benar'. Beliau bersabda:
"Tanyakan pada hatimu sendiri! Kebajikan adalah sesuatu yang membuat jiwamu tenang dan hatimu tenteram, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menimbulkan keraguan dalam jiwa dan rasa gundah dalam dada, meski telah berulang kali manusia memberi fatwa kepadamu" (Hadits hasan diriwayatkan dari dua imam; Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ad-Darimi dengan sanad hasan).

Jika akal mungkin salah dalam berfikir, jika hati/nurani mungkin tertutup nafsu, maka, keduanya adalah jalan yang kurang aman untuk sampai kepada kebenaran. Jadi, wahyu/syariat lah satu-satunya jalan yang aman untuk sampai kepada kebenaran, karena Allah lah yang menciptakannya. Karenanya, sekalipun akal dan hati nurani dikombinasikan, tetap saja belum cukup mampu untuk mendeteksi kebenaran ketika wahyu tidak disertakan.

Dalam praktek kehidupan nyata, wahyu/syariat pun pun tidak berjalan sendiri, agar tidak diterjemahkan secara leterlek (zahir). Karena itulah kita mengenal apa yang disebut dengan istinbath atau istidlal (mengeluarkan dalil) dari teks/matan wahyu tersebut, dan sudah barang tentu ini memerlukan kerja akal.

Imam Ghazali berkata yang maknanya "Permumpamaan Akal yang sehat (akal yang benar) adalah seperti mata yang bebas dari penyakit, dan kerusakan. Adapun perumpamaan Al-Quran adalah seperti Matahari yang cahayanya terpancar".

"Jika demikian perumpamaan keduannya, maka adalah hal yang keliru ketika kita mencukupkan dengan salah satu dari keduanya, akal saja, atau Quran saja. Orang yang mencukupkan diri dengan Al-Quran dan menolak akal, seperti orang yang memejamkan mata, walaupun matahari terang cahayanya, tetap saja gelap pandangannya. Sama halnya dengan orang yang mencukupkan diri dengan akal dan menolak Al-Quran, maka ia seperti orang yang sehat penglihatannya, tapi gelap di sekitarnya membuat ia tak dapat melihat apa-apa. Kedua-duanya tidak ada beda dengan orang buta."

Intinya, akal, hati, dan wahyu tidak berjalan sendiri-sendiri. Sebenarnya hubungan ketiganya harmonis, sampai manusia sendiri yang mencerai-beraikannya. Muncul lah wacana “Wahyu VS akal”, dan ini semestinya tidak perlu muncul jika wahyu yang dimaksud terjamin keotentikannya, ini juga tak perlu muncul jika penggunaan akal sesuai porsinya, tidak berlebihan dalam lebih, dan tidak berlebihan dalam kurang. Jadi jika suatu waktu muncul isu "Al-Quran bertentangan dengan akal", maka ketahulilah bahwa kesalahan tidak terletak pada Al-Qurannya, tapi pada "orang yang membawa" Al-Qurannya.

Dapat disimpulkan bahwa seorang muslim tidak hanya dituntut untuk benar dalam berfikir, tapi juga memahami Al-Quran sebagai petunjuk hidupnya, karena Al-Quran bukan semata-mata perkataan tanpa maksud dan tujuan. Setiap perkataan dimaksudkan untuk dipahami makna-maknanya, bukan untuk sekedar dihafal, dan Al-Quran lebih utama untuk difahami (ditadabburi) makna ayat-ayatnya sebelum perkataan lainnya, oleh karena itu, mentadabburi ayat-ayat Al-Quran sama pentingnya dengan menghafalnya. Begitulah cara Sahabat Rhadiyallahu anhum menghafal Al-Quran, yakni dengan mentadabburinya juga. Demikianlah agar Al-Quran benar-benar menjadi petunjuk kehidupan kita. Wallahualam bis shawab.

Merantau Dalam Islam

Merantau Dalam Islam

Merantau Dalam Islam 

Semesta ini terus menggoda manusia dengan berbagai fenomena untuk dipikirkan dan dianalisa, namun manusia yang apatis, berjalan di atas rutinitas tanpa perenungan yang membekas.

Maka jika dalam Qur’an bertebaran ayat-ayat tentang semesta, “dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah” [an-Naba:14], “Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka?” [saba:9]. “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”[an-Nahl:14]. “Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman” [al-Qhashash:3], “dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah” [al-Fajr:9].

Ribuan ayat sejenis ini bukan sekedar penguat akidah, bahwa segala sesuatu ada penciptanya dan kisah-kisah terhahulu yang hilang sumbernya itu ada dalam Qur’an yang benar. Tapi ia mempunyai fungsi yang indepeden, yang berkaitan dengan misi manusia sebagai pengelola bumi. Qur’an tidak memberikan rumus-rumus ilmiah, tapi ia mengarahkan tema-tema umum agar manusia mengeksplorasinya. Karena memang ilmu-ilmu inilah bahan dasar manusia untuk mengelola bumi ini.

Qur’an tidak hanya memberikan pintu-pintu pengetahuan, tapi juga metodologinya. “Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi lalu analisalah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu…” [ar-Rûm:42], “Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi lalu analisalah bagaimana Allah memulai penciptaan…” [al’-‘Ankabût:20]. Dua metode ini pernah menjadi tradisi dalam kehidupan umat Islam yaitu ‘siyar’ dan ‘nadzr’ [Ekspedisi dan Analisa].

Ekspedisi, adalah rahasia gunung karya ilmuan-ilmuan muslim. Ruang belajar mereka tidak tersekat kota, bahkan benua. Seperti Baqi Ibnu Makhlad, dari Andalusia, di daratan paling Barat Eropa, yang sekarang menjadi Spanyol. Riset ilmiahnya berbekal naluri seorang ekspeditor. Ia arungi bentangan sahara Afrika Utara menuju Baghdad selama 2 tahun untuk bergabung dalam kajian Imam Ahmad bin Hanbal. Lalu kembali ke negerinya hingga menjadi guru besar. Tapi berkarir di Andalusia dan negeri-negeri Afrika utara tidak cukup untuk memenuhi dahaga pengetahuannya. Ibnu Makhlad belum puas, hingga ia tempuh ekspedisi keduanya menuju Syam, lalu Madinah, Mekkah dan Mesir, hingga ia berhasil mengumpulkan riwayat hadist dari 1.300 sahabat Rasulullah dalam Musnad Baqi ibn Makhlad, yang kata Ibnu Hazm “belum pernah ada musnad yang levelnya lebih tinggi dari ini”.

Ibnu Batutah, dari Tangiers Maroko, lebih dahsyat lagi, ekspedisi ilmiahnya melebihi 120 ribu kilometer di abad 14, seorang diri. Ia jelajahi Afrika, bagian selatan dan timur Eropa, timur tengah, asia tengah, selatan, Cina, hingga Aceh. Untuk meneliti berbagai tipe budaya, karakteristik umat manusia, fenomena alamnya, corak peradabannya, yang di hari ini menjadi sumber terpenting dalam ilmu Anthropologi, bahkan hingga divisualisasikan dalam film ‘Journey to Mecca’.

Jika al-Idrisi di abad 12 mampu meneliti dataran bumi ini hingga bisa menggambar peta dunia yang relatif mirip peta modern, generasi muda muslim abad 21 ini belum tentu mampu memahami peta yang mudah di akses di google earth, terlebih untuk mengeksplorasinya.

Metodologi yang Allah ajarkan ini memang sesuai dengan kaidah peradaban. Pengetahuan menunggu di datangi bukan ditunggui kedatangannya. Oleh karena itu ilmuan-ilmuan barat berlomba dalam ekpedisi dan eksplorasi. Lihatlah para researcher Orang Utan dan para pakarnya di Kalimantan sana! Apakah anak negeri kita sendiri? Atau amatilah liputan National Geographic, berapa jauh jarak rumah nyaman mereka dan lapangan penelitian para researcher itu? kemudian adakah korelasi antara produktivitas ilmiah seorang doktor tanah air sebelum mendapat jabatan dosen yang nyaman dan setelahnya? Apakah ada keterputusan antara ekspeditor muslim seperti al-Idrisi dan sarjanawan muda muslim hari ini? Apa yang terputus? Padahal Qur’an yang dibaca mereka dan memberikan arah pengetahuan itu sama dengan yang dibaca hari ini.

Bukan ajaran Qur’an yang terputus, tapi naluri ekspedisi dan eksplorasi umat yang kian tergerus. Gaya hidup instan dan konsumtif semakin menggerogoti idealisme ini. Walaupun disetiap zaman selalu ada obsesi-obsesi luhur personal yang mengalahkan zaman, tapi umumnya naluri ekspedisi ini ditumbuhkan atau dimatikan oleh masyarakat.

Misalnya, mimpi terbesar para mahasiswa adalah segera selesai kuliah untuk segera melamar kerja. Maka bidang-bidang yang paling cepat menghasilkan finansial selalu paling padat. Karena kursi-kursi masyarakat belum diizinkan diduduki para ilmuan murni. Pencetakan generasi teknisi akan lebih diminati, yang akan merakit mobil, motor, ponsel, komputer impor untuk dijual di dalam negeri. Dibanding proyeksi satu tim pakar kimia, fisika, matematika, elektro, informatik yang dikirim belajar dalam satu proyek integral menciptakan produk-produk asli dalam negeri.

Saat naluri ekspedisi ilmiah hilang, umat Islam kehilangan tulang-tulang pengetahuan yang akan menegakkan kehidupannya, dan selalu mencari sandaran walau dari tongkat-tongkat keropos milik umat lain. Tapi perubahan itu diciptakan, bukan dinantikan. Karena fenomena masyarakat yang sekarang disaksikan adalah hasil pemikiran zaman muda mereka yang dibiasakan. Sehingga wajah masyarakat 2-3 dekade lagi adalah refleksi gaya hidup pemuda hari ini.

Beberapa daerah Indonesia mempunyai budaya merantau, seperti Suku Minangkabau, Bugis-Makassar, Banjar, Bawean, Batak, dan Madura. Terlepas dari perbedaan filosofi perantauan dari masing-masing budaya tersebut, tapi irisannya ada dalam pencarian pengalaman [experience]. Jika budaya ini bisa diadopsi generasi muda, ia akan menjadi landasan awal yang bagus. Untuk kembali, setidaknya menumbuhkan naluri ekspedisi dan berani keluar dari zona nyaman untuk mencari ‘sesuatu’. Apalagi jika budaya ini dikonversi oleh pemerinah secara massif menjadi ekspedisi ilmiah, untuk memahami semesta ini, menganalisa hukum-hukumnya, untuk kemudian menciptakan revolusi pengetahuan.